Monday, November 30, 2015

MEREFLEKSIKAN RENTETAN PERISTIWA DUKACITA DI LEWOLOBA

Nick Doren - Lewoloba
Suasana di Pemakaman Umum Lewoloba
Tahun 2015 menjadi tahun yang sangat memilukan hati. Banyak peristiwa kedukaan terjadi di Desa Lewoloba. Tidak kurang dari 8 (delapan) orang telah meninggal dunia. Beberapa catatan kematian yang dapat disebutkan di sini, antara lain : 
1. 10 April 2015 : Alm. Bpk. Paulus Katan Hurint.
2. 28 Agst 2015 : Alm. Bpk. Petrus Bala Hurint.
3. - - Agst. 2015: Alm. Sdri. Philomena Doren.
4. 20 Spt 2015 : Alm. Bpk.  Karolus Kia Koten.
5. 14 Okt 2015 : Alm. Bpk. Yosep Peku Doren.
6. 23 Okt. 2015: Alm. Bpk. Petrus Enga Kelen.
7. 04 Nov. 2015: Alm. Bpk. Bernardus Berkama Nuhan.
8. 26 Nov. 2015: Alm. Ibu Lusia Maran / Sia Bato


Ketika air mata dukacita sebuah keluarga belum "kering", peristiwa dukacita kembali mendatangi keluarga lain. Masyarakat Desa pun harus bahu membahu meringakan beban hidup keluarga-keluarga yang kehilangan orang kekasih mereka. 

Dari sudut pandang iman, peristiwa dukacita adalah peralihan manusia dari dunia yang fana ini kepada dunia yang kekal, di mana arwah orang yang meninggal akan bersatu dengan Sang Penciptanya. Di sana lah mereka akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Iman Katolik menegaskan bahwa kematian tidak hanya dipandang sebagai peristiwa sedih semata, tetapi juga harus dilihat sebagai peristiwa sukacita penuh kemuliaan karena kematian merupakan pintu gerbang menuju sorga. Dalam rangka memohon kemurahan hati Tuhan untuk sementara menghentikan dukacita ke atas manusia, diadakanlah Rosario Pembebasan di Gereja Stasi Hati Amat Kudus Tuhan Yesus Lewoloba. Sejauh ini, umat terlihat sangat antusias mengikuti acara keagamaan ini.

Apabila ditilik dari sudut pandang sosial kemasyarakatan, kematian yang bertubi-tubi menimbulkan keresahan sosial. Ada ketidakberesan di tengah masyarakat yang patut diduga sebagai penyebab utama kematian, entah karena lingkungan yang tidak sehat atau ada ketidakberesan dalam adat Lewotanah. Di tengah masyarakat yang nilai kegotongroyongannya masih kuat melekat, orang per orangan akan meninggalkan segala aktivitas dan kesibukannya demi membantu keluarga yang dilanda peristiwa dukacita. Banyak pekerjaan yang harus ditinggalkan sehingga pada gilirannya akan berdampak pada persoalan ekonomi masyarakat.

Bagi masyarakat yang kuat memegang adat Lewotanah, kematian berkaitan erat dengan ke-alpa-an masyarakat dalam memperhatikan persembahan untuk leluhur Lewotanah. Biasanya setiap tahun diadakan "Soro Nein" (persembahan) kepada leluhur Lewotanah pada tempat-tempat yang dianggap keramat. Apabila kewajiban ini dilalaikan, maka akan terjadi bencana dan kutukan dari Lewotanah yang menyebabkan Lewo menjadi "panas" (Pelate Putuk). Untuk itu pada 12 November lalu, sejumlah tokoh adat dan pemuda Lewoloba naik ke Ile Mandiri untuk mempersembahkan kurban persembahan bagi Leluhur Lewotanah.
Nick Doren - Lewoloba
Seremoni Adat Lewoloba di Pemakaman Lia Nurat di Puncak Gunung Ile Mandiri

Semoga kita tetap saling menguatkan dalam iman, pengharapan dan kasih agar kematian tidak menjadi momok yang menakutkan, tetapi dipandang sebagai sebuah peristiwa manusiawi yang mampu menampakkan kemuliaan Tuhan.





Tuesday, October 27, 2015

Selamat Menempuh Hidup Berkeluarga, Rusly & Carline

 "BERSUKACITALAH DALAM PENGHARAPAN, SABARLAH DALAM KESESAKAN 
DAN BERTEKUNLAH DALAM DOA"
( ROMA, 12 : 12 ) 
 
Nick Doren - Lewoloba
Rusly & Carline
 
Jumat, 23 Oktober 2015 menjadi moment bersejarah bagi keluarga Bpk. Yohanes Lewa Doren dan Ibu Maria Nogo Ritan. Di hari penuh rahmat ini, anak perempuan mereka, Yuliana Carolina Djawa Doren, akhirnya memberanikan diri untuk mengikrarkan janji suci perkawinan dengan suaminya, Theophillus Rusly di hadapan tiga imam dan segenap umat yang hadir. Ada berbagai rasa yang muncul manakala menyaksikan moment membahagiakan ini. Yang pasti, rasa haru bercampur bahagia menyeruak dari dalam diri dan mewujud dalam deraian air mata yang tak terbendung. Anak gadis yang kekasih itu kini  harus "dilepaskan" untuk menentukan sendiri keputusan-keputusan besar bagi hidupnya.
Sejak  Kamis, 22 Oktober 2015, keluarga Doren Lewoloba sudah berada di Dusun Woloara, Desa Ribang, Wairpelit, Sikka. Keluarga Doren tidak menghadirkan seluruh keluarga besarnya. Faktor jarak dan beberapa faktor lain menjadi pertimbangan keluarga untuk tidak melibatkan anggota keluarga dalam jumlah yang besar. Perkiraan keluarga yang hadir adalah sekitar 20 orang. Kehadiran ini menjadi bentuk dukungan langsung keluarga atas pernikahan suci yang dilangsungkan.
Misa Pemberkatan nikah berlangsung di Gereja Wairpelit pada Pkl. 09.00 Wita, dipimpin oleh tiga orang imam. Misa berlangsung khusyuk diiringi oleh koor yang semarak. Pada kesempatan ini juga, Pastor Selebran utama menyerahkan titipan berkat apostolik dari Sri Paus Fransiskus untuk pasangan Rusly dan Carline.
Perbedaan budaya seringkali menjadi masalah dalam sebuah hubungan. Pernikahan Rusly dan Carline sekaligus juga merupakan perkawinan dua budaya, Budaya Lamaholot Flores Timur dan Budaya Sikka. Berhadapan dengan situasi ini, komunikasi adalah kunci keberhasilan sebuah hubungan. Carline sendiri sudah selama dua tahun belakangan ini telah berada di Kab. Sikka, sejak bekerja di Puskesmas Nita pada tahun 2013. Semoga keluarga baru ini dapat menjadi contoh berhasilnya perpaduan dua budaya yang berbeda. 
Selamat Menempuh Hidup Baru, 
RUSLY & CARLINE

Monday, July 27, 2015

Musyawarah Kerja BPD dan Pemdes Lewoloba


Pada hari Jumat, 24 Juli 2015, Badan Permusyawaratan Desa Lewoloba mengadakan Musyawarah Kerja bersama Pemerintah Desa Lewoloba. Musyawarah ini diadakan di Balai Desa Lewoloba dan dipimpin oleh Ketua BPD Lewoloba, Bpk. Matheus Belang. Adapun pihak Pemerintah Desa yang menghadiri Musyawarah ini antara lain, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Perangkat Desa, Kepala Dusun dan Ketua RT.
Ada dua agenda besar yang dibahas dalam musyawarah ini, antara lain:
1. Pemaparan Pandangan Umum BPD Lewoloba terhadap Ranperdes tentang Pembentukan Karang Taruna; dan
2. Permintaan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Tahun 2014, dari Kepala Desa Lewoloba.
Agenda 1 antara lain menjabarkan lebih lanjut pandangan dan koreksi BPD teradap draft Ranperdes Pembentukan Karang Taruna dalam 12 point.
Sedangkan agenda 2 ditunda karena Pemerintah Desa belum merampungkan laporan pertanggungjawaban yg menjadi kewajibannya.
Pada kesempatan ini BPD Lewoloba menyampaikan kekecewaan atas isu yang  berkembang di tengah masyarakat bahwa BPD sedang berupaya utk memecat Kepala Desa. Hal ini patut disayangkan mengingat BPD tidak berwenag mengangkayt dan memberhentikan Kepala Desa. Yg benar adalah BPD mengawasi jalannya pemerintahan yg menjadi kewenangan Kepala Desa. Apabila kewajiban itu dikesampingkan maka langkah tegas sesuai peraturan yg berlaku dapat diambil BPD sbg pertimbangan bagi Bupati utk mengambil keputusan
Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian..

Friday, July 10, 2015

PGI: Gereja Tak Akan Restui Perkawinan Sejenis


Sekretaris Umum Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom mengatakan, gereja tidak akan merestui dan memberlakukan perkawinan sejenis karena hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan.
"Pada prinsipnya, menurut hukum gereja di Indonesia, perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan. Saya pikir gereja-gereja di seluruh dunia juga seperti itu," kata Gomar Gultom dihubungi di Jakarta, Jumat (10/7/2015), seperti dikutip Antara.
Gomar mengatakan, meskipun perkawinan sejenis di Amerika Serikat dilegalkan, tetapi gereja-gereja di negeri tersebut belum tentu mengesahkan atau merestui perkawinan tersebut. Begitu pula dengan sikap gereja-gereja di Belanda yang negaranya lebih dahulu melegalkan perkawinan sejenis.
Menurut Gomar, Amerika Serikat dan Belanda bisa melegalkan perkawinan sejenis karena di negara tersebut perkawinan merupakan ranah pencatatan sipil, berbeda dengan di Indonesia. (baca: Menag: Indonesia Sulit Terima Pernikahan Sesama Jenis)
"Di Indonesia, catatan sipil mencatatkan perkawinan setelah perkawinan dilakukan di lembaga agama. Negara tidak mengakui perkawinan yang tidak dilakukan di lembaga agama," tuturnya.
Padahal, semua agama di Indonesia tidak mengakui perkawinan sejenis. Karena itu, tidak ada jalan untuk melegalkan perkawinan sejenis di Indonesia.
"Namun, meskipun gereja tidak akan merestui dan melakukan perkawinan sejenis, saya berpendapat para pelaku homoseksual tetap harus diakui sebagai manusia dan dilindungi hak-hak hidupnya oleh negara," katanya.
Isu homoseksualitas mengemuka setelah Amerika Serikat melegalkan perkawinan sesama jenis di seluruh negara bagian. Pelegalan itu dianggap sebagai kemenangan oleh kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dan para pendukungnya.
Salah satu bentuk euforia terhadap pelegalan itu adalah pemasangan warna-warni pelangi pada foto profil media sosial dan tanda pagar #LovesWin. Euforia serupa juga dilakukan sebagian pengguna media sosial di Indonesia.
Kalangan agamawan di Indonesia menolak pelegalan tersebut dan menilai bahwa keputusan pemerintah Amerika Serikat tersebut lebih disebabkan faktor politis.
Pemerintah yang berkuasa saat ini, Presiden Barrack Obama, berasal dari Partai Demokrat yang dinilai lebih liberal dan sejak semula mendukung kelompok LGBT. Dalam kampanye, Obama juga menyatakan akan melegalkan perkawinan sejenis.
Sikap Partai Demokrat itu bertolak belakang dengan Partai Republik yang lebih konservatif dan dinilai menjunjung norma. Partai Republik, yang banyak mendapat dukungan kelompok Kristen, menolak perkawinan sejenis.
Perbedaan sikap kedua partai itu juga ditunjukkan dalam isu aborsi. Partai Demokrat bersikap "pro-choice" dengan mendukung diperbolehkannya aborsi, sedangkan Partai Republik bersikap "pro-life" dengan menolak aborsi tanpa alasan medis yang bisa diterima.

Saturday, June 13, 2015

Umat Katolik Lewoloba Rayakan Pesta Pelindung Stasi

Suasana Perarakan Sakramen Mahakdus di Armida KBG II & III Stasi Lewoloba



12 Juni adalah hari yang istimewa bagi umat Katolik Stasi Lewoloba. Bertepatan dengan Pesta Hati Kudus Yesus (Sacred Heart of Jesus) yang diperingati Gereja se-dunia, Umat Stasi Lewoloba merayakan Pesta Pelindung Stasinya, Hati Amat Kudus Tuhan Yesus. Seperti biasa, sehari sebelumnya atau pada pagi hari di hari pesta tersebut, seluruh umat berbondong-bondong mengerjakan armida / tempat persinggahan untuk pentakhtaan Sakramen Mahakudus. Selain armida, umat membuat turo / tempat lilin di sepanjang jalur prosesi.
Untuk tahun 2015, umat membuat 4 armida. Armida pertama dikerjakan oleh KBG 1, 2 dan 3; Armida kedua dikerjakan oleh KBG 4, 5 dan 6; Armida ketiga dikerjakan KBG 7, 8 dan 9; dan Armida keempat dikerjakan KBG 10, 11 dan 12. Bentuk dan gaya bangun armida disesuaikan dengan kreativitas umat setiap KBG dengan memperhatikan nuansa penghormatan terhadap Sakramen Mahakudus.
Pada sore harinya, diadakan perayaan ekaristi dan diikuti dengan perarakan keliling stasi. Misa kali ini dipimpin oleh Pastor Paroki Riangkemie, Rm. John Lein, Pr, didampingi P. Eddy Doren, SVD. Adapun rute perarakan antara lain: keluar gereja belok kanan menuju jalan lingkar luar sebelah Timur, jalan lingkar luar sebelah Utara, dan masuk ke jalan lingkar luar sebelah Barat di depan Balai Desa Lewoloba, lalu masuk lagi ke gereja.
Umat tampak sangat antusias mengikuti prosesi Sakramen Mahakudus untuk memperingati Pesta Hati Kudus Yesus. Umat berharap semoga Hati Yesus Yang Amat Kudus dapat hadir di tengah-tengah hati setiap umat dan memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengupayakan damai di dalam hatinya.





Tuesday, May 26, 2015

Bandar Udara Gewayan Tanah, Ikon Kec. Ile Mandiri

Nick Doren - Lewoloba
Bandar Udara Gewayan Tanah - Watowiti

Berbicara tentang Kec. Ile Mandiri, maka hal yang paling mudah diingat adalah Bandar Udara Gewayan Tanah. Bandara ini terletak di Desa Tiwatobi tepatnya di Watowiti, Kec. Ile Mandiri, Kab. Flores Timur. Bandara ini melayani penerbangan domestik antarpulau, Larantuka (Flores)-Kupang (Timor) dengan volume penerbangan setiap hari hanya pada pagi hari. Khusus pada hari Kamis, terdapat penerbangan sore hari menuju Kupang. Rata-rata jenis pesawat yang menyinggahi Bandara ini adalah Pesawat Fokker.
Kehadiran Bandara Gewayan Tanah di Desa Tiwatobi memberi dampak positif kepada masyarakat di sekitar, khususnya peningkatan kesejahteraan ekonomi warga. Banyak warga sekitar yang berjualan di luar area Bandara dan ada pula yang dipekerjakan sebagai karyawan Bandara.
Kendatipun demikian, persoalan pelik terkait pembebasan lahan untuk perluasan Bandara masih belum dapat ditemukan solusinya. Pemerintah terkesan lamban dalam memberikan ganti rugi yang sepadan.

Tuesday, April 28, 2015

Gereja Katolik Menolak Hukuman Mati

Terpidana Mati Asal Australia: Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

SURAT USKUP AGUNG  UNTUK PARA IMAM DI KAJ

Para Rama yth,

1. Pada hari-hari ini, televisi, koran dan mass media lain, penuh dengan berita mengenai hukuman mati. Saya pribadi amat sedih setiap kali melihat atau membaca berita itu dan diberitakan dengan cara yang bagi saya mencederai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam suasana seperti ini saya mengajak para Rama untuk menjelaskan kepada umat pandangan Gereja mengenai hal ini dan mengajak mereka berdoa untuk para terpidana.

2. Katekismus Gereja Katolik menyatakan : Pembelaan kesejahteraan umum masyarakat menuntut agar penyerang dihalangi untuk menyebabkan kerugian. Karena alasan ini, maka ajaran Gereja sepanjang sejarah mengakui keabsahan hak dan kewajiban dari kekuasan politik yang sah, menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan beratnya kejahatan, tanpa mengecualikan hukuman mati dalam kejadian-kejadian yang serius  (KGK 2266). Menurut Katekismus ini, hukuman mati diperbolehkan dalam kasus-kasus yang sangat parah kejahatannya. Namun, apabila terdapat cara lain untuk melindungi masyarakat dari penyerang yang tidak berperi-kemanusiaan, cara-cara lain ini lebih dipilih daripada hukuman mati karena cara-cara ini dianggap lebih menghormati harga diri seorang manusia dan selaras dengan tujuan kebaikan bersama (bdk KGK 2267). Di sini terjadi peralihan tentang konsep hukuman mati bagi Gereja. KGK 2267 ini diambil dari ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium Vitae.

Monday, April 27, 2015

Relasi Suku-Suku Lamaholot Lewoloba Dalam Pola Relasi Opu dan Belake

Prosesi Adat Dalam Sebuah Ritual Perkawinan di Lewoloba

Lewoloba, ND.

Dalam kehidupan masyarakat adat Lamaholot, relasi Opu dan Belake adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Opu adalah sapaan untuk seseorang/sekelompok orang dalam ikatan suku yang telah menikahi anak perempuan belake. Belake adalah sapaan untuk seseorang/sekelompok orang dalam ikatan suku yang anak perempuannya dinikahi oleh Opu. Dalam urusan adat perkawinan, sebagai imbalan karena telah menikahi anak gadis Belake, maka Opu akan memberikan mas kawin / belis berupa gading atau bentuk lain yang disepakati oleh kedua belah pihak. Sebagai bahan iringan, Opu biasanya membawa serta kambing, ayam, dan tebu. Dan sebagai balasan, belake biasanya memberikan sarung adat, entah berupa lipa atau kewatek, dan ikan (asin/kering) kepada Opunya.

Saturday, April 18, 2015

Komunitas Kristen Pengguna Bahasa dari Zaman Yesus Terancam Lenyap oleh ISIS

Katolik Khaldea di Irak yang Terancam Kepunahan oleh ISIS

Suhail Gabriel sedang berada di tempat tidur ketika milisi Negara Islam atau ISIS menyerbu desanya di Suriah timur. ISIS menembakkan senapan mesin dan pelontar granat. Gabriel pun buru-buru melarikan istri dan anak perempuannya dengan sepeda motornya. Mereka melaju dalam kegelapan malam jelang pagi. "Kami hanya memakai piyama," kata Gabriel sebagaimana dilaporkan Washington Post, Rabu (15/4/2015). "Kami bahkan tidak punya waktu untuk berganti pakaian."Ia kini berada di antara ribuan orang dari komunitas Kristen kuno, yang dikenal sebagai orang Assyria, yang melarikan diridari 35 desa pertanian di Sungai Khabur di wilayah Suriah pada Februari lalu karena serangan kelompok ekstremis Sunni itu.

Thursday, April 16, 2015

Memaknai Kebersamaan Dalam Suku Lewo Doren, Lewo Nuhan dan Kajo Tale

Keluarga Besar Doren dan Nuhan Sedang Menghantar Bagian Bersama


Lewoloba-ND

Dalam setiap hajatan adat di Desa Lewoloba, entah perkawinan, kematian, dsb., Suku Lewo Doren selalu ada dalam kebersamaan dengan Suku Lewo Nuhan. Dalam catatan sejarah, kebersamaan antara Lewo Doren dan Lewo Nuhan sudah terjalin sejak pendirian Kampung Suban Tupi Wato  Dowo Deka Homo. Ketika itu Lewo Doren hadir dengan membawa Lewo (Kampung); hadir dalam kapasitas penuh dan utuh. Begitu pula dengan Lewo Nuhan, hadir dengan membawa Lewo-nya. Ada kesepakatan antara kedua suku bahwa mereka adalah "Kaka Arin" (bersaudara), mereka adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam ikhwal perkawinan, anak lelaki Lewo Doren tidak bisa menikahi anak gadis dari Lewo Nuhan, begitu pula sebaliknya. Dan Pihak yang dipandang sebagai Belake (Pihak yang anak perempuan mereka dinikahi) atau sebagai Opu (Pihak yang menikahi anak perempuan kita) oleh Lewo Doren juga dipandang serupa oleh Lewo Nuhan.

Wednesday, April 15, 2015

Pemerintah Desa Lewoloba "Mandeg"

Lewoloba-ND
Akhir-akhir ini penyelenggaraan Pemerintahan Desa Lewoloba mengalami kemandegan yang cukup berpengaruh terhadap kualitas pelayanan masyarakat. Kondisi ini antara lain dapat ditemukan dalam fakta sakitnya Kepala Desa sejak Februari silam, diterbitkannya SK Bupati Flores Timur ttg Penarikan Sekretaris Desa PNS, dan Pembatalan Pelantikan Perangkat Desa.

Sakitnya Kepala Desa sejak pertengahan Februari silam kini menjadi tantangan tersendiri bagi Desa Lewoloba. Pada masa-masa ini, setiap desa diwajibkan untuk melengkapi tiga dokumen wajib sebagai syarat mutlak penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan cairnya Dana Desa, yaitu RPJM-Desa, RKP-Desa, dan APB-Desa. Ketiga dokumen ini harus dimuat dalam bentuk Peraturan Desa. Selain itu, ada kewajiban Kepala Desa yang harus dipenuhi, yaitu memberikan Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada setiap akhir tahun kepada Bupati, BPD, dan masyarakat. Laporan ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa berdampak pada pemberhentian Kepala Desa.

Saturday, February 7, 2015

Mari Berwisata ke Baun Botin

Nick Doren Lewoloba
Suasana Pantai di Baun Botin, Desa Halakodanuan, Kec. Ile Mandiri, Kab. Flores Timur

Jika saat ini anda berada di Kota Larantuka, maka Pantai Baun Botin dapat menjadi alternatif tempat wisata yang dapat Anda kunjungi. Pantai Baun Botin adalah pantai berpasir putih yang terletak di Desa Halakodanuan, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur. Nama Baun Botin berarti berkumpul untuk saling berbagi kisah dan cerita bersama. Sesungguhnya nama resort ini sudah terkenal sejak tahun 2000-an awal. Ketika itu, Baun Botin menjadi primadona wisata pantai yang menjadi pilihan favorit warga. Sudah pasti, pantai ini akan disesaki wiasatawan lokal jika saat liburan tiba. Kurangnya promosi menyebabkan pamor resort wisata ini menjadi redup. Secara efektif untuk saat ini Pantai Baun Botin menjadi pilihan wisata untuk masyarakat Desa Watotutu dan Desa Halakodanuan. Biasanya masyarakat setempat memanfaatkan pantai ini untuk bersukacita di Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah.

Jika memasuki area Pantai ini, Anda akan berhadapan langsung dengan Pantai dengan pasir berwarna cokelat keemasan. Lautnya tenang dan kaya ikan. Terdapat sejumlah gazebo / tempat nongkrong untuk sekedar berbagi cerita dan bersukacita. Aliran listrik di wilayah ini 24 jam full time. Jika ada gangguan listrik, sudah tersedia generator listrik cadangan milik pengelola, yaitu kelompok usaha bersama Halakodanuan. 

Untuk mencapai pantai Baun Botin, Anda harus menempuh perjalanan 45 menit dari Kota Larantuka dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Sejauh ini tidak ada biaya yang pasti untuk menikmati wisata pantai ini. Biasanya pengelola menerima berapa pun uang yang Anda berikan kepada mereka. Setidaknya harga promo berlaku setiap hari. 

Persiapan Menyambut Dana Desa 2015

Nick Doren Lewoloba

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, setiap desa akan mendapatkan Dana Desa yang diperkirakan mencapai 1 miliar per desa. Ketentuan ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi setiap desa. Wajah setiap desa akan berubah dengan adanya Dana Desa yang masuk ke desa. Tidak hanya itu setiap desa pun akan mendapatkan Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Alokasi Umum ( DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Besarnya dana desa yang masuk ke desa tidak serta merta membuat desa larut dalam kegembiraan. Desa wajib memenuhi beberapa persyaratan administratif yang disyaratkan oleh undang-undang, yaitu harus memiliki RPJMDes, RKPDes, dan APBDes. Ketiga dokumen ini adalah dokumen vital karena apabila tidak disiapkan maka dana yang besar tersebut tidak dapat masuk ke desa. 

Dalam rangka mendorong pemerintah desa untuk menyiapkan dokumen-dokumen tersebut maka BPMD selaku badan pemerintah yang mengurusi desa akan mengambil sikap tegas berupa penahanan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa jika Pemerintah Desa mengabaikan dokumen-dokumen vital tersebut. 

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Bapeda Kabupaten Flores Timur, Dana Desa akan dicairkan dalam tiga tahap, yaitu Tahap I pada Bulan April (40%), Tahap II Bulan Agustus (40%), dan Bulan November (20%). 60% dana akan dipergunakan bagi belanja rutin pemerintah, dan 40% dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur dalam desa.
Sektor-sektor dalam desa yang akan mendapatkan alokasi Dana Desa harus dibuatkan dasar hukumnya, antara lain berbentuk Peraturan Desa. Dengan demikian menjadi jelaslah sasaran penggunaan dana tersebut.