Tuesday, March 27, 2018

Aksi Puasa Pembangunan 2018 Keuskupan Larantuka Fokus pada Solidaritas dan Kemandirian Gereja

Catatan Lepas Nick Doren
Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr

Tahun 2018, Keuskupan Larantuka merefleksikan pentingnya solidaritas di antara jemaat Gereja guna membangun Gereja umat Allah yang mandiri, menarik dan misioner. Sejak lama Gereja Katolik Larantuka yang menerima evangelisasi dari misionaris Eropa memiliki ketergantungan yang besar pada donasi umat dari tanah seberang, baik personil misionaris maupun dana. Degradasi kehidupan beragama di Eropa yang ditandai dengan merebaknya pengaruh sekularisme, agnostisisme dan ateisme berdampak pada besaran sumbangan umat Eropa kepada dunia Timur, termasuk Keuskupan Larantuka. Kondisi ini menuntut setiap Gereja lokal untuk bisa mandiri, mengurangi ketergantungannya pada sumbangan pihak luar.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar banyaknya keluhan umat tentang macam-macam iuran / pungutan Gereja. Ada dana solidaritas, dana pembangunan, dana pendidikan calon imam, dana per jiwa, dsb. Dana yang terkumpul digunakan untuk kepentingan Gereja, khususnya dalam upayanya untuk mengembangkan karya-karya amal kasih di tengah dunia. Iuran / pungutan Gereja dilakukan secara berjenjang, dimulai dari KBG / KUB, diteruskan ke Paroki dan dilanjutkan ke Keuskupan. Biasanya telah dibedakan manfaat dana yang terkumpul sesuai dengan nama iuran / pungutannya.  Adakah yang salah dengan iuran / pungutan ini?


Tidak semua umat dapat memahami mengapa mengapa Gereja melakukan pemungutan iuran / pungutan terhadap umatnya dan untuk apa uang itu dimanfaatkan. Tak jarang, pungutan yang bermacam-macam ini berakibat pada menurunnya partisipasi umat dalam Gereja, bahkan ada sebagian umat yang kemudian secara diam-diam meninggalkan Gereja Katolik dan berpaling ke Gereja Kristen lain yang lebih mapan secara finansial. Konon, ada denominasi Gereja tertentu yang memberikan uang kepada umatnya, khususnya kepada umat yang berekonomi rendah. Bukankah sumbangan itu juga berasal dari pungutan kepada umat yang lebih mapan secara ekonomi? Pada umumnya, hampir semua lembaga keagamaan melakukan pungutan kepada umatnya demi kemandirian lembaga tersebut. Bahkan di negara Jerman, pajak agama secara wajib dikenakan pada para pemeluk agama tertentu untuk kepentingan agamanya. Sehingga dianggap wajar bahwa mereka yang tidak membayar pajak agama tidak akan mendapatkan pelayanan dari institusi agamanya.

Gereja Keuskupan Larantuka mengajak umatnyan untuk menyadari bahwa mereka harus berpartisipasi dalam upaya pembangunan kemandirian Gereja. Kemandirian ini tidak hanya mencakup urusan keuangan, tetapi juga ketersediaan imam, biarawan/wati dan para awam yang mampu mengampuh urusan rohani di tengah dunia. Bibit kemandirian harus ditanamkan dari keluarga yang pada gilirannya dapat mewujudkan kemandirian KBG/KUB, stasi / lingkungan, paroki dan keuskupan.

Kemandirian dan solidaritas saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tindakan "memberi" dengan ikhlas hendaknya didorong oleh kepedulian / solidaritas yang tinggi terhadap kondisi Gereja saat ini. Gereja adalah umat Allah yang bersaudara dalam iman yang sama, saling memberi dan melayani; saling menguduskan satu sama lain. Dengan demikian, ketika Gereja membutuhkan, maka umat Allah dipanggil untuk peduli dengan memberikan sumbangsihnya tanpa pamrih untuk kemandirian Gereja, rumahnya.

Selamat merayakan Tri Hari Suci !
Selamat merayakan Paskah.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment