Ilustrasi Buku Porno |
"Pernahkah Anda menyaksikan anak Anda dewasa sebelum waktunya? Anak dewasa karbitan dapat ditandai dengan menurunnya nilai mata pelajaran sekolah, bergaya hidup mewah, berbusana buruk, kurangnya rasa hormat kepada orang tua, egois, dan sebagainya. Orang tua tentunya was-was terhadap perubahan perilaku hidupnya seperti ini. Salah satu penyebabnya adalah keseringan anak mengkonsumsi produk-produk berbau porno, seperti buku bacaan porno, VCD/DVD porno, gambar porno, dsb. Maka itu, langkah terbaik yang harus kita lakukan sekarang adalah mencegahnya sebelum terlambat.
Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahrgara (PPO) Propinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) segera menyurati para kepala dinas PPO kabupaten/kota se- NTT
terkait beredarnya buku mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa
kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang isinya
berbau porno.
Hal ini disampaikan Sekretaris Dinas PPO NTT, Johanis Mau. S.Sos, M.M
ketika dikonfirmasi Pos Kupang, Minggu (14/7/2013). Johanis mengaku
informasi buku mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi SD/MI yang berbau
porno itu telah diketahui Dinas PPO NTT. Karena itu, lanjut Johanis, ada
beberapa langkah yang segera ditempuh, terutama menyurati para kepala
dinas PPO kabupaten/kota se-NTT agar menelusuri buku tersebut di
sekolah-sekolah dan peredaran di pasar (toko buku).
"Jelas kami akan menyurati kepala dinas PPO kabupaten/kota se-NTT
supaya segera melakukan penelusuran atau pengecekan buku tersebut. Tugas
dinas PPO kabupaten/kota harus bergerak cepat agar buku itu tidak
beredar lebih dahulu," tegasnya.
Ditanya jika buku tersebut sudah terlanjur beredar atau dibeli siswa
dan pihak sekolah, Johanis menegaskan, Dinas PPO NTT meminta supaya
pengusaha yang memasarkan buku itu segera menarik kembali dari
peredaran agar tidak berdampak buruk bagi anak didik. "Kalau ada yang
terlanjur beredar kami minta ditarik kembali oleh pengusaha dan
dimusnahkan," katanya.
Ia menjelaskan, mekanisme pengadaan buku pelajaran di SD biasanya
melalui kepala sekolah. Karena itu, pihaknya meminta para kepala
sekolah agar selektif menginstruksi pembelian buku dan harus meneliti
buku sebelum dibeli.
"Kepala sekolah harus berani meneliti halaman demi halaman buku
pelajaran yang hendak dibeli. Dan, kasus yang terjadi di Jawa Barat itu
bukan tidak mungkin bisa terjadi di NTT. Karena itu kami imbau supaya
kepala sekolah perhatikan hal ini," tegas Johanis. *