Monday, July 23, 2012

Yohanes Lewa Doren: "Ketakutan terbesarku adalah mengambil apa yang tidak seharusnya kuambil"

Dengan bangga hati ingin kutuliskan sedikit dari yang kuketahui tentang ayahku, Yohanes Lewa Doren. DOWNLOAD bentuk Ms-Word di sini.

Yohanes Lewa Doren adalah kepala desa Lewoloba, yang menjabat sejak 2008 sampai dengan 2013. Beliau akrab disapa dengan nama Anis Doren. Ia menikah dengan Maria Nogo Ritan dan memiliki dua putera dan tiga puteri dari perkawinannya ini.

1. Masa Kecil

Anis Doren dilahirkan di Lewoloba, sebuah desa kecil di Larantuka, Flores Timur pada tanggal 24 Januari 1950 dari pasangan Paulus Laba Doren (Laba Poelon) dan Tekla Sabu Hurint. Ia memiliki seorang saudari bernama Ema Doren. Kakeknya, Pulo Doren, adalah seorang kakang (pejabat lokal yang diangkat kolonial Belanda). Kecintaan kakeknya kepada perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda melalui sejumlah pemberontakan lokal membuatnya diasingkan di tanah Aceh oleh pemerintahan Hindia Belanda bersama dengan Adi Daruk Tukan dari Lewotala. Ketika itu Anis masih sangat kecil. Hanya sedikit memori yang tersimpan tentang kakeknya ini. Ketika kakeknya akan dibawa Belanda menuju pengasingan di Aceh, kakeknya hanya membelikan sebuah kerupuk berukuran besar untuknya sambil berpesan, "Lanjutkan perjuanganku!"

Orangtua Anis, Laba dan Sabu, berprofesi sebagai petani. Mereka sangat menekankan pentingnya kerja keras dan kejujuran. Orangtuanya sangat mencintai Anis, karena Anis kecil sudah mampu memberikan kritik kepada orangtuanya. Anis mengikuti teladan orangtuanya dalam hal kerja keras. Suatu ketika desa Lewoloba terkena dampak kelaparan yang menghantam seluruh penjuru Flores Timur. Keluarga Laba dan Sabu berhutang cukup banyak kaleng padi (sebesar kaleng Khong Guan besar) pada tetangganya. Anis kemudian berladang dan berhasil menutupi hutang keluarga, bahkan kelebihannya dapat mencukupi kebutuhan beras untuk satu tahun. 

2. Masa Muda dan Keluarga
Anis Muda ingin melanjutkan pendidikannya di Kupang. Pada tahun 1966, Anis berangkat ke Kupang dengan menggunakan sebuah kapal kayu. Keberangkatannya ini dinilainya sebagai pukulan telak untuk ayahnya yang menginginkannya tetap di Larantuka. Ayahnya kemudian meninggal pada tahun 1975. Sesampainya di Kupang ia mendaftarkan dirinya di STM Negeri Kupang. Anis mengambil studi Bangunan di sekolah tersebut, karena dia sangat berkeinginan besar untuk menjadi seorang tukang batu (bricklayer). Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut, dia menggeluti profesi tukang batu dan tukang kayu. Di Kupang, Anis turut berperan besar dalam pembangunan sejumlah gereja, sekolah, dan kantor pemerintahan. 

Pada tahun 1977, dia berkenalan dengan seorang gadis asal Desa Wailolong yang bernama Maria Nogo Ritan. Keduanya hidup bersama dan melahirkan Puteri pertama mereka, Vinsensia Sabu Doren pada tanggal 30 November 1979.  Kemudian, pada tanggal 8 Maret 1981, lahirlah anak ke-2 mereka, Thomas Laba Doren. Ketika itu hubungan keduanya belum disahkan di gereja (Katolik). Hubungan keduanya baru diresmikan pada tahun 1983. Pada tahun yang sama, Anis dan Mia beserta Putera dan Puteri mereka berpindah dari Kupang ke Lewoloba, Larantuka. Pada 6 Desember 1984, lahirlah putera ke-2 mereka, Nikolaus Deka Doren. Berikut pada 9 Juli 1989, lahirlah puteri ke-2 mereka Yuliana Carolina Djawa Doren. Puteri bungsu mereka, Oktaviana Gunu Doren, akhirnya lahir pada tanggal 10 Oktober 1992. 

3. Kepala Desa Lewoloba
Setelah beberapa tahun bekerja sebagai tukang bangunan, Anis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten Flores Timur pada tahun 1981. Pada tahun 1989 Anis bertugas sebagai Polisi Kehutanan / Jagawana dan menjadi Kepala Resort Polisi Hutan di Lewolaga, Kecamatan Wulanggitang II. Dia kemudian dipindahtugaskan ke Kecamatan Tanjung Bunga pada tahun 2004. Dia sempat ditugaskan menjadi staf Kelurahan Larantuka pada 2005, sebelum akhirnya dipindahkan ke Kantor Dinas Kehutanan Flores Timur di Larantuka dan dipensiunkan pada tahun 2008.

Setelah kariernya  sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kehutanan Kab. Flores Timur berakhir pada tahun 2008, Anis Doren langsung mencalonkan dirinya sebagai Kepala Desa Lewoloba, Ile Mandiri, Larantuka. Dia terpilih secara aklamasi dan menang atas saingannya, Fransiskus Roy Hurint.  Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Lewoloba, Anis Doren mengambil sejumlah langkah penting untuk perubahan Desa Lewoloba. Ia memelopori pembukaan  jalan produksi menuju kampung lama Desa Lewoloba, pengaspalan lorong dalam desa, dan mendorong penyelesaian konflik tanah perbatasan antara Desa Lewoloba dan Desa Wailolong. Dalam masa kepemimpinannya, beliau berhasil memindahkan jasad Belawa Burak (nenek moyang orang Lewoloba) dan menempatkannya di sebuah rumah adat Desa Lewoloba. Ia pun mendorong diselesaikannya pembangunan kantor desa pada tahun 2011.

4. Kecelakaan Tragis
Pada bulan Maret 2012, sebuah kecelakaan tragis menimpanya. Dia dipukuli secara sadis oleh seorang gila di kantor Kecamatan Ile Mandiri, di Riangkemie. Ia kemudian dilarikan ke RSU Larantuka dan dirawat beberapa lama di tempat itu. Sekalipun kecelakaan tersebut tidak sampai merenggut nyawanya, Anis berpendapat bahwa 30 persen tenaganya hilang karena peristiwa itu. Kendatipun demikian Anis tetap melanjutkan kepemimpinannya sebagai Kepala Desa Lewoloba hingga 2013 mendatang.







No comments:

Post a Comment